MAKALAH
ORGANISASI JASA DAN MULTINASIONAL
Disusun oleh:
Kelompok 11
Chintia Listari 222013476
Ayu Lestari 222014464
Riska Janatul H 222014497
Perdi Suhendra 222014 376
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah
Palembang
2016 /
2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1.2. Rumusan
Masalah
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Karakteristik Organisasi Jasa Secara Umum
2.2.
Organisasi Jasa Profesional
2.3.
Organisasi Jasa Keuangan
2.4.
Organisasi Jasa Perawatan Kesehatan
2.5. Organisasi
Nirlaba
2.6.
Pengertian Organisasi Multinasional
2.7. Perbedaan Budaya
2.8.
Harga Transfer
2.9. Nilai Tukar
Mata Uang
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pengendalian manajemen tidak hanya menyangkut aspek manufaktur saja.
Sistem pengendalian manajemen juga berfungsi pada sektor jasa. Salah
satu yang melatar belakangi berdirinya perusahaan jasa dilihat dari pengertian
perusahaan yaitu suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan dan
tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa
(output) kepada pelanggan. Jasa merupakan hal yang biasa kita dengar sehari-hari
dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. Jasa juga dapat dikaitkan dengan sarana
penunjang dari produk yang dibeli agar tercipta kepuasan konsumen. Juga salah
satu faktor berdirinya perusahaan jasa adalah kebutuhan manusia yang tidak
terbatas selain barang yang berwujud manusia juga perlu pelayanan yang dapat
memuaskan kebutuhan hidupnya. Dalam proses
pengendaliannya, sektor jasa mempunyai karakteristik yang relatif berbeda
dibanding sektor manufaktur. Sistem pengendalian manajemen yang akan dibahas adalah
dikhususkan pada organisasi jasa profesional (konsultan hukum, pengacara,
akuntansi dan profesi sejenis), rumah sakit, nirlaba (yayasan), pemerintah dan
organisasi dagang (agen, distributor, pengecer).
Selain membahas mengenai sistem pengendalian manajemen pada sektor jasa, makalah ini juga membahas mengenai sistem
pengendalian manajemen pada perusahaan multinasional. Adanya sebuah
perjanjian kerjasama secara global untuk mengadakan daerah pasar bebas dan
mendorong banyak pihak eksternal atau yang dalam hal ini adalah Organisasi
Multinasional untuk berinvestasi ke negara-negara berkembang yang memiliki
kelebihan dalam aspek Sumber Daya Manusia dan bahan baku yang mudah di dapatkan
pada kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.Berkembangnya Organisasi
Multinasional disuatu negara sangatlah berpengaruh terhadap ekonomi negara itu
sendiri dimana pengangguran akan berkurang sehingga pendapatan negara itu
sendiri otomatis akan bertambah. Dalam rangka membantu perubahan terhadap
negara khususnya Indonesia perkembangan organisasi multinasional merupakan
prioritas utama dalam pembangunan negara, maka pembangunan ini memerlukan
konsep yang sangat bagus agar tujuan-tujuan tercapai semua.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik organisasi jasa secara umum?
2. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian
organisasi jasa profesional?
3. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian
organisasi jasa keuangan
4. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian
organisasi jasa perawatan kesehatan?
5. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian
organisasi nirlaba?
6. Bagaimana arti dari organisasi multinasional?
7. Bagaimana perbedaan budaya
mempengaruhi organisasi secara global?
8. Bagaimana harga transfer
dapat mempengaruhi organisasi multinasional?
9. Bagaimana nilai tukar mata
uang dapat mempengaruhi organisasi multinasional?
1.3
Tujuan
1. Memahami karakteristik organisasi jasa secara umum
2.
Memahami
karakteristik dan sistem pengendalian organisasi jasa profesional
3.
Memahami
karakteristik karakteristik dan sistem pengendalian organisasi jasa keuangan
4.
Memahami
karakteristik sistem pengendalian organisasi jasa perawatan kesehatan
5.
Memahami
karakteristik sistem pengendalian organisasi nirlaba
6.
Untuk memahai arti penting dari organisasi
multinasional
7.
Mengetahui perbedaan budaya dapat mempengaruhi
organisasi global
8.
Mengetahui harga transfer dapat mempengaruhi
organisasi multinasional
9.
Mengetahui nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi
organisasi global
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ORGANISASI JASA SECARA UMUM
Pada tahun 2003, lapangan kerja
sektor jasa telah tumbuh lebih dari dua kali lipat pertumbuhan sektor
manufaktur yang membutuhkan wawasan yang lebih mengenai sistem pengendalian
manajemen bagi organisasi jasa.
A. Karakteristik
Pengendalian manajemen dalam industri jasa agak
berbeda dengan pengendalian manajemen dalam perusahaan manufaktur.
Karakteristik tersebut adalah:
1.
Ketiadaan
Persediaan Penyangga
Barang dapat disimpan dalam bentuk
persediaan yang merupakan penyangga untuk memperkecil dampak fluktuasi dalam
volume penjualan terhadap proses produksi, jasa tidak dapat disimpan.
Perusahaan jasa tidak dapat melakukan apa yang dilakukan oleh perusahaan
manufaktur, sehingga perusahaan jasa harus mencoba untuk meminimalkan
kapasitasnya yang tidak terpakai. Lebih lanjut lagi, biaya dan banyak
organisasi jasa pada dasarnya bersifat tetap dalam jangka pendek. Dalam jangka
pendek, sebuah hotel tidak dapat mengurangi biaya-biayanya secara substansial
dengan menutup beberapa kamarnya. Kantor akuntan, kantor pengacara, dan
organisasi profesional lainnya enggan untuk memberhentikan karyawan
profesionalnya ketika volume penjualan rendah karena dampak moral dan biaya
untuk merekrut dan melatih kembali karyawan baru.
2.
Kesulitan
dalam Mengendalikan Kualitas
Perusahaan jasa tidak dapat menilai kualitas produk
sampai pada saat jasanya diserahkan, dan sering kali penilaian tersebut
bersifat subjektif. Misalnya kualitas pendidikan, kualitas pendidikan adalah
hal yang sulit untuk diukur sehingga hanya beberapa Organisasi pendidikan yang
memiliki sistem pengendalian kualitas formal.
3.
Padat
Karya
Perusahaan manufaktur dapat menambah peralatan
dan mengotomisasi lini produksi sehingga dengan demikian, perusahaan
menggantikan buruh dan mengurangi biaya. Hampir semua perusahaan jasa bersifat
padat karya dan tidak dapat melakukan hal semacam itu. Rumah sakit memang dapat
menambah peralatan yang mahal, tetapi kebanyakan hal itu ditujukan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik, dan hal ini menambah biaya. Kantor
pengacara memperluas usahanya dengan menambah rekan kerja dan karyawan
pendukung yang baru.
4.
Organisasi
Multi-Unit
Beberapa organisasi jasa mengoperasikan banyak unit di berbagai lokasi, di
mana setiap unit adalah relatif kecil. Kesamaan dari unit-unit yang terpisah
memberikan dasar yang umum untuk menganalisis anggaran dan mengevaluasi
kinerja, yang tidak ada di perusahaan manufaktur. Informasi dan setiap unit
dapat dibandingkan dengan rata-rata sistem atau regional, dan karyawan dengan
kinerja tinggi dan rendah dapat diidentifikasikan.
2.2 ORGANISASI
JASA PROFESIONAL
Organisasi penelitian dan
pengembangan, kantor pengacara, kantor akuntan, organisasi kesehatan,
perusahaan teknik, perusahaan, arsitektur, kantor konsultan, organisasi simfoni
dan organisasi kesenian lainnya, serta organisasi olahraga adalah contoh
organisasi yang produknya adalah jasa profesional.
A. Karakterístik Khusus
1.Sasaran
Organisasi profesional memiliki relatif sedikit aktiva
yang berwujud; aktiva utamanya adalah keterampilan dan staf profesionalnya,
yang tidak muncul di neraca perusahaan. Tingkat pengembalian atas aktiva ýang
digunakan pada hakikatnya tidak berarti dalam organisasi. Sasaran keuangan
untuk memberikan kompensasi yang memadai kepada para profesional. Sasaran
terkait adalah meningkatkan ukuran organisasi. Hal ini mencerminkan tendensi
alamiah untuk mengaitkan keberhasilan dengan ukuran yang besar; skala ekonomi
dalam menggunakan usaha dan staf karyawan dan unit sentral yang bertanggung jawab
untuk menjaga agar organisasi tetap terkini.
2. Profesional
Organisasi profesional adalah organisasi yaig padat
karya, dan karyawannya adalah orang-orang yang khusus. Banyak profesional lebih
menyukai bekerja secara independen daripada sebagai bagian dan suatu tim.
Profesional yang juga adalah manajer cenderung bekerja hanya paruh waktu dalam
aktivitas manajemen. Pendidikan bagi kebanyakan profesi tidak mencakup
pendidikan dalam manajemen tetapi pada umumnya menekankan kepada keterampilan
profesi di banding kepada keterampilan manajemen. Profesional cendrung meremehkan
implikasi keuangan dari keputusan mereka; mereka ingin untuk melakukan
pekerjaan terbaik yang dapat mereka lakukan, tanpa memperdulikan biayanya.
Sikap ini mempengaruhi sikap dari staf pendukung dan karyawan nonprofesional
dalam organiasi tersebut; hal ini mengarah pada pengendalian biaya yang tidak
memadai.
3. Pengukuran Input dan Output
Output dari organisasi profesional tidak dapat diukur
dengan ukuran fisik, seperti unit, ton, atau galon. Seseorang dapat mengukur
jumlah pasien yang dilayani oleh seorang dokter dalam satu hari, dan bahkan
dapat mengklasifikasikan pasien-pasien tersebut berdasarkan jenis keluhannya;
tetapi tidak dapat disamakan dengan jumlah atau kualitas layanan yang
diberikan oleh dokter tersebut. Yang terbaik yang dapat diukur adalah efisiensi
dokter tersebut dalam menangani pasiennya, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan pekerja yang santai dan pekerja keras. Pendapatan yang
diperoleh adalah salah satu ukuran output di heberapa organisasi profesional,
tetapi angka moneter ini, paling-paling hanya berkaitan dengan kuantitas jasa
yang diberikan, namun bukan kualitasnya (meskipun kualitas yang buruk tercermin
dalam pendapatan yang berkurang dalam jangka panjang).
4. Perusahaan Kecil
Dengan beberapa perkecualian, seperti beberapa kantor
pengacara dan kantor akuntan, organisasi profesional biasanya relatif kecil dan
beroperasi di satu lokasi saja. Manajemen senior dalam organisasi semacam itu
dapat secara pribadi mengamati apa yang sedang berlangsung dan secara langsung
memotivasi karyawannya. Dengan demikian, terdapat lebih sedikit kebutuhan akan
sistem pengendalian manajemen yang canggih, dengan pusat laba dan laporan
kinerja formal. Meskipun demikian, organisasi yang kecilpun tetap membutuhkan
anggaran, perbandingan umum antara kinerja terhadap anggaran, dan suatu cara
untuk mengaitkan kompensasi dengan kinerja.
5. Pemasaran
Dalam suatu perusahaan manufaktur terdapat garis
pemisah yang jelas antara aktivitas pemasaran dengan aktivitas produksi; hanya
manajemen senior yang menaruh perhatian pada keduanya. Pemisahan yang jelas
semacam itu tidak terdapat dalam organisasi proesional. Di beberapa organisasi
profesional, kode etik profesi membatasi jumlah dan karakter dan usaha
pemasaran yang terlalu kentara oleh para profesional. Tetapi, pemasaran adalah
aktivitas yang penting di hampir semua organisasi. Dalam situasi seperti ini,
sangatlah sulit untuk memberikan penghargaan yang sesuai kepada orang yang
bertanggung jawab untuk “menjual” ke pelanggan baru.
B. Sistem Pengendalian Manajemen
1.Penentuan Harga
Harga jual dan pekerjaan ditetapkan dengan cara
tradisional di banyak perusahaan-perusahaan profesional. Jika profesi tersebut
merupakn salah satu profesi di mana para anggotanya sudah terbiasa untuk
mencatat jadwal waktu mereka, penentuan biaya profesional yang harus dibayar
biasanya dikaitkan dengan waktu profesional yang digunakan dalam penugasan
tersebut. Tarif tagihan per jam biasanya didasarkan pada kompensasi dari
tingkat profesional tersebut (dan bukannya kompensasi dari orang tertentu),
ditambah dengan beban untuk biaya overhead dan laba.
2. Pusat Laba
dan Penetapan Harga Transfer
Unit-unit pendukung, seperti pemeliharaan, pemrosesan
informasi transportasi, percetakan, dan pengadaan barang dan jasa, membebankan
layanan yang mereka berikan ke unit yang mengonsumsi layanan tersebut.
3. Perencanaan
Strategis dan Penyusunan Anggaran
Secara umum, sistem perencanaan strategis formal di
organisasi profesional tidak berkembang sebaik di perusahaan manufaktur dengan
ukuran yang sama. Sebagian dari penjelasan atas hal tersebut adalah bahwa
organisasi profesional tidak memiliki kebutuhan yang besar akan sistem semacam
itu. Di perusahaan manufaktur, banyak keputusan program melibatkan komitmen
untuk membeli pabrik dan peralatan. Keputusan-keputusan tersebut mempunyai
dampak yang dapat diprediksikan, baik terhadap kapasitas maupun biaya selama
beberapa tahun ke depan, dan, sekali telah dibuat, keputusan tersebut pada
hakikatnya tidak dapat dibalik. Dalam suatu organisasi profesional, aktiva
utamanya adalah manusia. Meskipun organisasi tersebut menghindari fluktuasi
jangka pendek dalam jumlah karyawan, perubahan dalam ukuran dan komposisi
karyawan lebih mudah untuk dilakukan dan lebih mudah untuk dibalik dibandingkan
dengan perubahan dalam kapasitas fisik pabrik
4.Pengendalian Operasi
Banyak perhatian yang, atau sebaiknya, dicurahkan pada
penjadwalan waktu profesional. Rasio waktu yang ditagih (billed time ratio),
yang merupakan rasio dari jumlah jam yang dapat ditagih terhadap jumlah jam yang
tersedia, dipantau secara ketat. Jika ternyata penggunaan waktu yang sebaliknya
merupakan waktu menganggur atau untuk alasan pemasaran atau pelayanan umum,
beberapa penugasan dibebankan dengan tarif yang lebih rendah dari tarif normal,
maka varians harga yang ditimbulkan harus dipantau secara ketat.
Ketidakmampuan untuk menetapkan standar bagi kinerja
tugas, keinginan untuk melaksanakan pekerjaan dalam tim, masalah yang
ditimbulkan karena mengelola organisasi matriks, dan karakteristik perilaku
dari profesional, semuanya memperumit perencanaan dan pengendalian atas operasi
sehari-hari dalam organisasi profesional. Ketika pekerjaan dilaksanakan oleh
tim proyek, maka pengendalian difokuskan pada proyek. Rencana tertulis untuk
setiap proyek dibutuhkan, dan laporan tepat waktu harus dibuat, yang
membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang direncanakan dalam hal biaya,
jadwal, dan kualitas.
5. Pengukuran
dan Penilaian Kinerja
Penilaian yang dibuat oleh atasan adalah penilaian
yang paling umum. Untuk itu, organisasi profesional semakin banyak yang
menggunakan sistem formal untuk mengumpulkan penilaian kinerja sebagai dasar
keputusan personalia dan ùntuk diskusi dengan profesional tersebut. Beberapa
sistem memerlukan peringkat numerik atas atribut tertentu dari kinerja dan
memberikan rata-rata tertimbang bagi peringkat-peringkat ini. Kompensasi
mungkin dikaitkan, sebagian, pada peringkat numerik ini. Penilaian oleh rekan
sekerja, atau oleh bawahan, kadang kala merupakan bagian dan sistem
pengendalian formal. Di beberapa organisasi, individu dapat diminta untuk
membuat penilaian atas diri sendiri. Ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan dari
kiien juga merupakan dasar yang penting untuk menilai kinerja, meskipun
ekspresi semacam itu mungkin tidak selalu tersedia.
Anggaran dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur
kinerja biaya, dan waktu aktual yang digunakan dapat dibandingkan dengan waktu
yang direncanakan. Anggaran dan pengendalian atas beban diskresioner di
perusahaan profesional adalah sama pentingnya dengan di perusahaan
manufaktur. Tetapi, ukuran-ukuran keuangan semacam itu adalah relatif
tidak penting dalam menilai kontribusi dari seorang profesional terhadap
profitabilitas perusahaan. Kontribusi utama dari profesional tersebut berkaitan
dengan kuantitas dan berada di atas seluruh kualitas pekerjaan, sehingga
penilaiannya teñtu saja harus lebih banyak bersifat subjektif. Lebih lanjut
lagi, penilaian tersebut harus dilakukan saat itu juga.
2.3. ORGANISASI
JASA KEUANGAN
Organisasi jasa keuangan meliputi bank
komersial dan institusi penghematan, perusahaan asuransi, dan perusahaan efek.
Perusahaan-perusahaan ini berada dalam bisnis yang terutama bertujuan untuk
mengelola uang. Beberapa dari perusahaan tersebut bertindak sebagai
perantara,yang lain bertindak sebagai pemindah risiko dan yang lainnya lagi
adalah pedagang.
A.Karakteristik Khusus
1. Aktiva
Moneter
Kebanyakan aktiva dari perusahaan jasa keuangan
bersifat moneter. Nilai sekarang dari aktiva moneter adalah jauh lebih mudah
untuk diukur dibandingkan dengan nilai pabrik dan aktiva fisik lainnya, atau
paten dan aktiva tidak berwujud lainnya. Dalam industri jasa keuangan, kualitas
mengacu pada kualitas jasa yang diberikan dan pada kualitas instrumen keuangan
selain uang; tidak ada kebutuhan akan pengendalian kualitas atas uang.Aktìva
finansial dapat juga dipindahkan dari satu pemilik ke pemilik lainnya dengan
mudah dan cepat. Dalam pemindahan dana secara elektronik, uang berpidah hampir
seketika. Perusahaan yang menangani aktiva keuangan, terutama uang, harus
mengambil tindakan-tindakan yang ketat guna melindunginya. Hal ini tidak hanya
melibatkan tindakan-tindakan fisik untuk melindungi mata uang dan dokumen,
melainkan juga tindakan-tindakan yang dirancang untuk memelihara integritas dan
sistem untuk mentransfer uang dari satu pihak ke pihak lain.
2. Jangka Waktu Transaksi
Pengendalian memerlukan adanya suatu cara pengawasan
yang berkelanjutan atas kelayakan dari suatu transaksi selama jangka waktu
tertentu, termasuk audit periodik atas semua pinjaman yang beredar.
3. Imbalan dan Risiko
Banyak perusahaan jasa keuangan bergerak dalam bisnis
yang menerima risiko sebagai ganti atas imbalan yang diperoleh. Kebanyakan
keputusan bisnis melibatkan trade-off antara risiko dan imbalan. Semakin
besar risikonya, sebaiknya semakin besar pula imbalan yang diantisipasi. Di
dalam perusahaan jasa keuangan, trade-off ini lebih eksplisit
dibandingkan dengan di dalam investasi bisnis seperti keputusan pembelian suatu
mesin atau pengenalan suatu produk baru. Tingkat bunga pinjaman dan premi polis
asuransi didasarkan pada asumsi tentang risiko, yang mungkin terbukti akurat
atau tidak.
4. Teknologi
Teknologi telah merevolusi industri jasa keuangan. Perusahaan jasa keuangan
telah menggunakan teknologi informasi sebagai suatu cara untuk menawarkan
layanan yang inovatif. ATM bank merupakan salah satu contohnya. Layanan broker
secara online merupakan segmen dengan pertumbuhan yang cepat.
2.4. ORGANISASI JASA
PERAWATAN KESEHATAN
Organisasi perawatan kesehatan
terdiri atas rumah sakit, klinik, dan organisasi kedokteran yang serupa;
organisasi pemeliharaan kesehatan; panti wreda dan rumah perawatan; organisasi
pelayanan rumah; dan laboratorium medis adalah beberapa di antaranya. Meskipun
kesemuanya memiliki hampir semua karakteristik dari organisasi nirlaba, banyak
di antaranya yang merupakan perusahaan berorientasi laba.
A. Karakteristik Khusus
1. Masalah
Sosial yang Sulit
Masyarakat lambat laun mulai memahami fakta bahwa
sistem pemberian pelayanan kesehatan sekarang ini tidak berjalan. Di pihak
lain, biaya per layanan tidak dapat dihindari lagi akan terus meningkat dengan
pengembangan peralatan dan obat-obatan baru; beban rumah sakit semakin
meningkat. Di pihak lain, jumlah orang yang sakit semakin bertambah karena
kemajuan medis memperpanjang usia orang-orang tua, yang kemungkinan besar
memerlukan perawatan. Masyarakat tidak dapat membayar peningkatan yang dapat
diprediksikan jika tingkat kenaikan biaya sekarang ini berlanjut lebih lama
lagi. Penyedia layanan kesehatan menyadari masalah ini, adalah jelas bahwa
pemberian layanan kesehatan akan berubah secara drastis. Organisasi layanan
kesehatan harus waspada terhadap peruahan-perubahan ini.
2. Perubahan dalam Bauran
Penyedia Layanan
Dalam kenaikan keseluruhan dan biaya layanan
kesehatan, perubahan yang signifikan telah terjadi dalam cara dengan mana
pelayanan kesehatan diberikan dan, akibatnya, dalam kelayakan jenis tertentu
dan penyedia layanan. Untuk tetap layak beroperasi, rumah sakit harus memiliki
fleksibilitas untuk beradaptasi terhadap perubahan ini, balk dengan memberikan
lebih banyak layanan kepada pasien rawat jalan atau dengan menghilangkan
layanan pasien rawat inap yang tidak lagi menguntungkan.
3. Pembayar Pihak Ketiga
Program terbesar dan pemerintah adalah Medicare,
sebuah program pemerintah federal ÿang menyediakan dukungan bagi orang-orang
berusia 65 tahun ke atas dan bagi anak-anak muda dengan ketidakmampuan
tertentu. Sampai tahun 1983, Medicare telah mengganti biaya-biaya yang terjadi
sesuai dengan “kewajaran,” yang memberikan sedikit insentif kepada penyedia
layanan kesehatan untuk mengendalikan biaya. Pada saat ini, Medicare mengganti
biaya rumah sakit berdasarkan Kelompok Diagnostik Terkait (Diagnostic Related
Groups-DRG).
Sistem DRG, dan kenaikan dalam biaya rumah sakit per
pasien, telah memotivasi rumah sakit untuk memasang sistem akuntansi biaya yang
canggih. Beberapa rumah sakit memberikan layanan pemrosesan informasi kepada
rumah sakit lain berdasarkan kontrak. Sistem ini memberikan informasi atas
pasien individual dan mereka melaporkan biaya aktual dibandingkan dengan biaya
standar untuk setiap DRG; biaya diklasifikasikan berdasarkan departemen dan
bahkan berdasarkan dokter yang merawat dalam departemen tersebut. Informasi ini
merupakan tambahan atas informasi yahg secara tradisional dikumpulkan di rumah
sakit. Informasi tersebut fokus pada output (layanan pasien), serta pada input
(biaya per tes laboratorium). Oleh karena itu, tugas yang sulit untuk
mengendalikan pembayaran-pembayarannya agar tidak melampaui iuran, yang mereka
terima, tetapi dengan memastikan bahwa layanan kesehatan yang memadai tetap
disediakan.
4. Profesional
Loyalitas utama profesional adalah kepada profesi dan
bukan kepada organisasi. Para manajer departemental biasanya adalah profesional
yang fungsi manajemeya hanya bersifat paruh waktu; kepala bedah melakukan
pembedahan. Secara historis, para dokter cenderung memberikan tekanan yang
relatif kecil terhadap pengendan biaya.
5. Pentingnya Pengendalian Kualitas
Industri layanan kesehatan berurusan dengan nyawa
manusia, jadi kualitas layanan yang diberikannya merupakan hal yang paling
penting. Terdapat peninjauan jaringan dari prosedur pembedahan, peninjauan
rekan sejawat atas dokter individual, dan agen peninjau luar yang diharuskan
oleh pemerintah federal.
B. Proses Pengendalian Manajemen
Karena pergeseran dalam bauran produk dan karena
peningkatan kuantitas serta biaya peralatan baru, proses perencanaan strategis
di rumah sakit adalah penting. Proses penyusunan anggaran tahunan adalah secara
konvensional. Sejumlah besar informasi tersedia dengan cepat untuk pengendalian
aktivitas operasi. Kinerja keuangan dianalisis dengan membandingkan pendapatan
dan beban aktual dengan anggaran, dengan mengidentifikasikan varians-varians
penting, dan mengambil tindakan yang sesuai atas varians-varians tersebut.
2.5 ORGANISASI
NIRLABA
Organisasi nirlaba menurut definisi hukumnya
merupakan organisasi yang tidak bisa mengalihkan aktiva, pendapatan, atau
keuntungannya kepada anggota, pegawai atau direktur oeganisasi tersebut.Tetapi
dalam hal ini, organisasi tentu saja bisa memberi semacam kompensasi atas jasa
ataupun barang yang diberikan oleh pegawai maupun anggota organisasi tersebut.
Definisi ini juga tidak berarti organisasi dilarang memperoleh pendapatan yang
diperhitungkan sebagai labanya. Yang dilarang adalah distribusi laba tersebut.
Organisasi nirlaba memerlukan laba yang tinggi untuk menyediakan modal kerja
dan sebagai penjagaan di masa paceklik perolehan dana.
A. Ciri-ciri khusus :
A. Ciri-ciri khusus :
1. Tidak ada ukuran dana
Tujuan utama dari kebanyakan usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan bagi pemiliknya. Laba dalam hal ini merupakan ukuran prestasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dan ukuran seperti ini tidak kita jumpai pada organisasi nirlaba. Ketiadaan ukuran kuantitas dalam penghargaan kinerja manajemen merupakan masalah yang serius bagi penerapan pengendalian manajemen pada organisasi nirlaba. Laporan keuangan merupakan laporan yang sangat bermanfaat pada organisasi nirlaba, sama seperti pada dunia usaha. Walaupun kinerja keuangan tidak merupakantujuan dominan pada orgaisasi nirlaba, tapi tujuan seperti ini tetap perlu karena tanpa pendapatan yang sedikit melebihi biaya sulit bagi suatu organisasi nirlaba untuk bertahan hidup.
Tujuan utama dari kebanyakan usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan bagi pemiliknya. Laba dalam hal ini merupakan ukuran prestasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dan ukuran seperti ini tidak kita jumpai pada organisasi nirlaba. Ketiadaan ukuran kuantitas dalam penghargaan kinerja manajemen merupakan masalah yang serius bagi penerapan pengendalian manajemen pada organisasi nirlaba. Laporan keuangan merupakan laporan yang sangat bermanfaat pada organisasi nirlaba, sama seperti pada dunia usaha. Walaupun kinerja keuangan tidak merupakantujuan dominan pada orgaisasi nirlaba, tapi tujuan seperti ini tetap perlu karena tanpa pendapatan yang sedikit melebihi biaya sulit bagi suatu organisasi nirlaba untuk bertahan hidup.
2. Kontribusi modal
Hanya sedikit perbedaan utama pada pencatatan transaksi akuntansi pada unit usaha dan organisasi nirlaba, yakni yang berkaitan dengan modal pada neraca. Sedangkan persamaannya adalah baik organisasi laba maupun nirlaba menyatakan peningkatan modal jika terjadi peningkatan pendapatan labanya. Ada dua kategori kontribusi modal yaitu dalam bentuk bangunan dan sumbangan. Penerimaan kontribusi aktiva modal tidak merupakan pendapatan. Organisasi nirlaba mempunyai dua bentuk laporan keuangan, bentuk pertama berkaitan dengan kegiatan operasional dan termasuk di dalamnya adalah laporan operasional, neraca, dan laporan cash flow, semuanya sama seperti yang ditemui di dunia usaha umumnya. Bentuk kedua berkaitan dengan kontribusi modal, dan lapran ini berisikan laporan kontribusi modal inflow dan outflow selama satu periode dan neraca yang melaporkan kontribusi aktiva modal dan yang berkaitan dengan hutang dan modal.
Hanya sedikit perbedaan utama pada pencatatan transaksi akuntansi pada unit usaha dan organisasi nirlaba, yakni yang berkaitan dengan modal pada neraca. Sedangkan persamaannya adalah baik organisasi laba maupun nirlaba menyatakan peningkatan modal jika terjadi peningkatan pendapatan labanya. Ada dua kategori kontribusi modal yaitu dalam bentuk bangunan dan sumbangan. Penerimaan kontribusi aktiva modal tidak merupakan pendapatan. Organisasi nirlaba mempunyai dua bentuk laporan keuangan, bentuk pertama berkaitan dengan kegiatan operasional dan termasuk di dalamnya adalah laporan operasional, neraca, dan laporan cash flow, semuanya sama seperti yang ditemui di dunia usaha umumnya. Bentuk kedua berkaitan dengan kontribusi modal, dan lapran ini berisikan laporan kontribusi modal inflow dan outflow selama satu periode dan neraca yang melaporkan kontribusi aktiva modal dan yang berkaitan dengan hutang dan modal.
3. Akuntansi dana
Banyak organisasi nirlaba menggunakan pencatatan system akuntansinya dengan cara akuntansi dana. Rekening disimpan terpisah untuk beberapa dana yang masing-masing seimbang dengan sendirinya.
Banyak organisasi nirlaba menggunakan pencatatan system akuntansinya dengan cara akuntansi dana. Rekening disimpan terpisah untuk beberapa dana yang masing-masing seimbang dengan sendirinya.
4. Aturan
Organisasi nirlaba biasanya diatur dan diawasi oleh
dewan penyantun (trustee). Biasanya dewan ini tidak mampu mengidentifikasi
masalah sebenarnya. Untuk itulah diperlukan dewan yang mengatur secara kuat dan
bekerja secara efektif.
B. Sistem Pengendalian Manajemen
B. Sistem Pengendalian Manajemen
1. Penentuan harga pokok
Kebanyakan organisasi nirlaba tidak memperhatikan dengan serius tentang kebijakan harga. Harga atas jasa biasanya ditetapkan dengan system biaya penuh (full cost system). Prinsip ini diterapkan pada jasa-jasa yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Pada umunya pengendalian manajeman ditetapkan apabila harganya telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum ditetapkannya kinerja atas jasa yang diberikan.
Kebanyakan organisasi nirlaba tidak memperhatikan dengan serius tentang kebijakan harga. Harga atas jasa biasanya ditetapkan dengan system biaya penuh (full cost system). Prinsip ini diterapkan pada jasa-jasa yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Pada umunya pengendalian manajeman ditetapkan apabila harganya telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum ditetapkannya kinerja atas jasa yang diberikan.
2. Penyusunan anggaran dan
perencanaan strategi
Pada organisasi nirlaba yang harus memutuskan alokasi sumber daya yang terbatas secara bijaksana, perencanaan strategi lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dari pada jenis usahanya itu sendiri. Alat pengendalian manajemen yang paling penting dalam organisasi seperti ini adalah berkaitan dengan aktivitas keuangan organisasi yakni anggaran (baik itu pendapatan maupun pengeluaran.)
Pada organisasi nirlaba yang harus memutuskan alokasi sumber daya yang terbatas secara bijaksana, perencanaan strategi lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dari pada jenis usahanya itu sendiri. Alat pengendalian manajemen yang paling penting dalam organisasi seperti ini adalah berkaitan dengan aktivitas keuangan organisasi yakni anggaran (baik itu pendapatan maupun pengeluaran.)
3. Operasi dan evaluasi
Pada kebanyakan organisasi nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui biaya operasional yang optimum. Banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memperoleh dana terutama dari sumber pemerintah. Hal ini membawa konsekuensi makin diperlukannya pengendalian manajemen.
Pada kebanyakan organisasi nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui biaya operasional yang optimum. Banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memperoleh dana terutama dari sumber pemerintah. Hal ini membawa konsekuensi makin diperlukannya pengendalian manajemen.
2.6 ORGANISASI
MULTINASIONAL
Organisasi multinasional yaitu suatu perusahaan yang
berbasis di satu negara (negara induk) akan tetapi pesusahaan itu
memiliki kegiatan produksi ataupun pemasaran cabang di negara – negara lain
(negara cabang). Organisasi Multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di
dua atau lebih negara. Ini menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan
internasional saat ini terkait dengan adanya globalisasi perdagangan dan
perkembangan perekonomian dunia.
Dalam hal perkembangan perekonomian domestik suatu negara, memiliki pengaruh yang signifikan sebab
keberadaan Organisasi Multinasional pada suatu negara menjadi salah satu
penyumbang pajak tertinggi bagi pendapatan suatu negara sekaligus bagi
perkembangan ekonominya.
Organisasi
Multinasional adalah bentuk korporasi baru yang tidak dapat di hindari sebagai
sebuah konsekuensi logis dari adanya globalisasi itu sendiri. Organisasi
Multinasional merupakan wujud dari perdagangan modern dimana profit merupakan
orientasi utama dari keberadaan setiap Organisasi Multinasional di suatu
negara.
Kehadiran anak perusahaan bagi
negara cabang banyak memberikan keuntungan untuk negara tersebut diantaranya
pemberian pajak untuk perusahaan tersebut yang cukup besar. Tidak hanya itu,
dengan adanya suatu anak perusahaan dinegara lain, berarti sedikit membantu
membuka peluang kerja bagi penduduk yang belum bekerja di negara tersebut.
Terbukanya
perusahaan multinasional disambut baik dengan penduduk negara tersebut, karena
perusahaan multinasional memiliki banyak keuntungan di bandingkan dengan
perusahaan lainnya, di antaranya sebagai berikut :
- Jaringan kerja yang luas
Perusahaan
multinasional mempunyai jaringan pekerjaan yang luas, perusahaan tersebut tidak
hanya berkembang pada satu negara saja, akan tetapi banyak negara. Oleh sebab
itu, peluang untuk ke luar negeri besar untuk pelatihan ataupun penambahan
pekerja dinegara lainnya
2. Pendapatan yang lebih tinggi
Hal ini yang membuat
banyak orang memilih perusahaan multinasional, karena perusahaan multinasional
menawarkan gaji yang lebih tinggi di bandingkan dengan perusahaan lainnya.
Tidak hanya gaji, perusahaan ini pun memiliki fasilitas yang lebih di
bandingkan dengan perusahaan swasta ataupun nasional lainnya.
3. Deskiripsi pekerjaan lebih jelas
Dekskripsi pekerjaan
yang diberikan perusahaan multinasioanal lebih jelas atau tidak tumpang tindih
sehingga kita merasa nyaman dalam bekerja.
Perusahaan
multinasional sebagai pengaruh globalisasi di abad ini tidak akan penah bisa
dihindari sebab selain banyak dikecam juga tidak salah kiranya disebutkan
memberikan manfaat yang berguna bagi kesejahteraan bangsa.
2.7.
PERBEDAAN BUDAYA
Satu
dari variabel kontekstual yang penting yang mempengaruhi pengendalian menejemen
di dalam sebuah perusahaan multinasional adalah perbedaan budaya antarnegara.
Menurut definisinya, sebuah organisasi multinasional akan beroperasi di banyak
negara dan harus siap menghadapi perbedaan budaya seiring dengan koordinasi dan
pengendalian yang dilakukan oleh kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya.
Baik dalam konteks sebuah organisasi atau suatu bangsa, kata “budaya” akan
merujuk kepada nilai –nilai, asumsi, dan norma perilaku yang diakui bersama.
Ketika sebuah organisasi merentangkan operasinya melintasi berbagai negara,
perbedaan budaya yang sangat besar yang berkaitan dengan karakter nasional dan
regional yang ada mempunyai hubungan yang penting dengan pengendalian
manajemen.
Menurut Hofstede,
budaya dapat berbeda pada 4 dimensi :
1. Jangkauan
kekuasaan merujuk kepada sejauh
mana kekuasaan didistribusikan dan dipusatkan secara tidak seimbang. Budaya
dengan jangkauan kekuasaan tertinggi termasuk Filipina, Venezuela, dan Meksiko.
Budaya dengan jangkauan kekuasaan rendah termasuk Israel, Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/kolektivisme merujuk kepada sejauh mana seseorang mendefinisikan
dirinya sendiri sebagai seorang individu atau sebagai bagian dari kelompok yang
lebih besar. Budaya individualistik yang tinggi termasuk Amerika Serikat,
Australia, dan Inggris. Budaya kolektivitas yang tinggi termasuk Saudi Arabia,
Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari
ketidakpastian merujuk sampai
sejauh mana seseorang akan merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu.
Budaya penghindaran ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang, Portugal, dan
Yunani. Budaya dengan penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura,
Hongkong, dan Denmark.
4. Maskulinitas/feminitas merujuk kepada sampai sejauh apakah pengaruh yang
dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai dominan tersebut berupa penekanan
ketegasan dan materialisme (maskulin) versus perhatian pada orang lain dan
kualitas hidup (feminin). Budaya dengan maskulin tinggi termasuk Austria,
Swiss, dan Halia. Budaya feminin tinggi termasuk Swedia, Norwegia, Belanda, dan
Swiss.
Skema klasifikasi
lain diusulkan oleh Hall. Menurut pendapatnya, kebudayaan berbeda satu sama
lain dalam spektrum yang dimulai dari “ budaya berkonteks rendah” pada satu
sisi (Jerman, Swiss, Skandinavia, Inggris, Amerika Utara) dimana orang langsung
melaksanakan bisnisnya dan bernegosiasi seefisien mungkin, hingga ke “budaya
berkonteks tinggi” pada sisi yang lain (Cina, Jepang, Korea, Saudi Arabia) dimana
orang berusaha membangun hubungan pribadi sebelum melakukan bisnis dan
negosiasi berjalan dengan lambat dan bersifat ritual.
Beberapa
kesimpulan dapat ditarik tentang jenis sistem perencanaan dan sistem
pengendalian yang akan lebih efektif di dalam budaya yang berbeda. Pada budaya
individualistis, pegawai mungkin lebih menyukai imbalan berdasarkan prestasi
individu, sedangkan imbalan yang berdasarkan kelompok mungkin lebih disukai
oleh pegawai dalam budaya kebersamaan. Dalam budaya dengan jangkauan kekuasaan
yang rendah, desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan kesempatan
berpartisipasi yang lebih besar pada penyiapan anggaran mungkin lebih disukai.
Adapun hal yang sebaiknya mungkin
berlaku di dalam budaya dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi. Evaluasi
kinerja subjektif akan lebih efektif pada budaya penghindaran ketidakpastian
yang rendah daripada yang tinggi. Sistem perencanaan dan pengendalian formal
akan diterima lebih baik dalam budaya berkonteks rendah, sedangkan di dalam
budaya berkonteks tinggi, membangun keakraban dan kepercayaan antarpersonal
dirasakan sangat penting sehingga pengendalian secara informal kemungkinan
besar akan lebih efektif.
Jadi,
kesimpulannya adalah para eksekutif di dalam organisasi multi- nasional harus
memahami dan menghormati perbedaan budaya serta menye- suaikan pengendalian
manajemen antarnegara.
2.8.
HARGA TRANSFER
1. Pengertian Harga Transfer
Harga Transfer untuk barang, jasa dan teknologi
merupakan salah satu dari perbedaan besar yang terjadi antara pengendalian
manajemen operasi domestik dan luar negeri. Dalam operasi luar negeri
dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat sampai kepada
suatu harga transfer, antara lain :
1. Perpajakan
Tingkat
pajak penghasilan efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di
masing-masing negara asing. Sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan
keuntungan ke negara-negara dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangi
jumlah pajak penghasilan perusahaan yang digabungkan dari seluruh dunia.
2. Peraturan
Pemerintah
Jika
tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk
meminimalkan laba kena pajak di negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan
yang tinggi. Meskipun demikian, otoritas pajak pemerintah menyadari adanya
kemungkinan ini dan mengeluarkan peraturan yang menen -
tukan
bagaimana harga ransfer dapat dihitung.
3. Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan presentase
tertentu dari nilai impor suatu produk. Semakin rendah harganya semakin rendah
pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya tarif biasanya memiliki hubungan
terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam harga transfer. Karena
pajak penghasilan umumnya memiliki jumlah yang lebih besar daripada tarif,
harga transfer internasionalnya biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak
penghasilan daripada tarif.
4. Pengendalian
Devisa
Bebarapa
negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa komoditas
tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan anak
perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
5. Akumulasi Dana
Perusahaan
mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu negara tertentu daripada di
negara lain. Karena, ahrga transfer merupakan salah satu cara untuk mengalihkan
dana tersebut ke dalam atau ke luar negeri tertentu.
6. Joint Venture
Joint
venture adalah bentuk kerjasama antar beberapa perusahaan yang berasal dari
beberapa negara menjadi satu perusahaan untuk mencapai konsentrasi
kekuatan-kekuatan ekonomi yang lebih padat. Joint venture memberikan komplikasi
tambahan dalam harga transfer.
2. Penggunaan Metode Harga Transfer
a. Pertimbangan Hukum
Hampir semua negara melakukan beberapa pembatasan pada
fleksibilitas perusahaan dalam menetapkan harga transfer untuk transaksi
anak-anak perusahaan di luar negeri. Alasannya adalah untuk mencegah perusahaan
multinasional melakukan penghindaraan pajak penghasilan di negara tuan rumah.
Metode-metode harga transfer antarperusahaan
sepengendali yang dapat diterima, disusun menurut prioritasnya dari yang paling
penting adalah sebagai berikut :
1. Metode perbandingan dengan harga tidak sepengendali. Harga yang wajar
dapat dipastikan dari
penjualan barang atau jasa yang dapat diperbanding -kan antara perusahaan
multinasional dan pelanggan yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau antara
dua perusahaan yang masing-masing tidak saling memiliki hubungan istimewa.
Harga Transfer
= Harga yang digunakan dalam penjualan tidak sepengendali yang sebanding ±
Penyesuaian Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara
dua anggota kelompok sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah
satu pihak bukan anggota kelompok sepengendali.
2. Metode harga jual kembali. Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandingkan,
metode berikutnya yang diperbolehkan adalah metode harga jual kembali. Dalam
metode ini, wajib pajak bekerja mundur dari harga penjualan final pada saat
kekayaan yang dibeli dari perusahaan afiliasi dijual kembali dalam sebuah
penjualan tidak sepengendali.
Metode ini digunakan
jika : (1) jika tidak tersedia penjualan tidak sepengendali yang sebanding, (2)
penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang wajar sebelum atau sesudah
pembelian antar perusahaan sepengendali, (3) penjualan kembali tidak
menambahkan nilai yang berarti kepada barang yang bersangkutan dengan
mengubahnya secara fisik, selain dari kemasan, label dan seterusnya atau dengan
penggunaan atau pemanfaatan kekayaan yang tak berwujud.
Harga Transfer =
Harga jual kembali yang berlaku – Markup yang memadai ± Penyesuaian
Harga jual kembali
yang berlaku adalah harga dimana aktiva yang dibeli melalui penjualan
sepengendali, dijual kembali oleh pihak pembeli dalam penjualan yang tidak
sepengendali.
Markup yang memadai =
Harga jual kembali yang berlaku * Persentase markup yang wajar
Persentase
markup yang wajar adalah Persentase dari laba kotor (diekspresikan dalam
presentase dari penjualan) yang didapatkan oleh pembeli (penjual kembali) atau
pihak lain di dalam sebuah pembelian dan penjualan kembali yang tidak
sepengendali yang serupa dengan penjualan
kembali
sepengendali.
3. Metode biaya-plus. Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di
antara ketiga metode yang diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang
wajar adalah biaya untuk memproduksi produk, dihitung menurut praktik akuntansi
yang benar. Ke dalam biaya ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang
dinyatakan dalam presentase tertentua dari biaya dan didasarkan pada penjualan
tidak sepengendali yang serupa yang dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual
lain, atau tingkat yang berlaku untuk industri tersebut.
Harga transfer =
Biaya + Markup memadai ± Penyesuaian
Markup yang memadai =
Biaya*Persentase laba kotor yang memadai
Persen laba kotor
yang memadai = Persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari
biaya) yang diperoleh oleh penjual kembali atau pihak lain pada penjualan tidak
sepengendali yang sama dengan penjualan sepengendali.
Implikasi dari Bagian 482
Dari sudut pandang
pengendalian manajemen, terdapat dua implikasi penting dari bagian 482, yang
masing-masing dibahas di bawah ini :
1.
Meskipun terdapat pembatasan
hukum terhadap fleksibilitas perusahaan dalam menentukan harga transfer masih
terdapat cukup ruang gerak di dalam pembatasan ini.
2.
Dalam situasi tertentu,
pembatasan hukum dapat mendikte jenis-jenis harga transfer yang harus
diterapkan.
Ruang
Gerak dalam Harga Transfer
Di
banyak perusahaan multinasional terdapat perbedaan antara harga transfer yang
murni akan digunakan oleh manajemen hanya untuk tujuan pengendalian dan harga
tansfer yang secara hukum diperkenankan untuk meminimalkan akibat dari dampak
jumlah pajak dan tarif. Manajemen dapat meminimalkan jumlah pajak penghasilan
dan tarif dengan menetapkan harga transfer sejauh mungkin dari ujung rangkaina
yang memadai.
Terdapat
dua kebijakan ekstrem dalam menangani masalah ini.
1.
Beberapa perusahaan mengizinkan
anak perusahaan berurusan satu sama lain sesuai prinsip ekonomi yang wajar dan
membiarkan dampak akibat pajak serta tarif apa adanya. Dengan kebijakan ini,
tidak ada lagi keraguan tentang legalitas harga transfer karena anak perusahaan
mencoba melakukan hal ini sesuai dengan yang diminta oleh peraturan yang
berlaku – melakukan transaksi secara wajar. Kebijakan harga transfer pada
pokoknya akan sama dengan harga transfer domestik. Akibatnya, sistem harga
transfer akan mendukung sistem pengendalian manajemen.
2.
Harga transfer untuk negara asing
hampir seluruhnya dikontrol oleh kantor pusat perusahaan dengan maksud untuk
meminimalkan biaya total perusahaan, memaksimalkan arus kas dalam dolar atau
memperoleh kombinasi yang optimum untuk posisi mata uang. Namun, kebijakan ini
dapat membatasi kegunaan sitsem pengendalian, karena dalam keadaan tertentu harga
transfer tidak berhubungan dengan harga yang berlaku jika unit-unit yang
melakukan pembelian & penjualan adalah independen.
Banyak perusahaan yang menggunakan harga transfer
untuk meminimalkan pajak dan tarif, harga transfer yang sama untuk persiapan
anggaran keuntungan dan pelaporan sebagaimana yang digunakan untuk tujuan
akuntansi dan perpajakan. Jika anggaran dan laporan laba merefleksikan harga
transfer yang tidak ekonomis, kehati-hatian harus diambil untuk memastikan para
manajer anak perusahaan membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan
perusahaan.
Pembatasan
Hukum dalam Sistem Harga Transfer
Dalam beberapa situasi, pembatasan hukum dapat
meminta digunakannya
sistem harga transfer
tertentu, atau sebuah sistem transfer yang disukai untuk tidak digunakan. Dalam
situasi yang lain, pendekatan “full cost” yang implisit dapat membatasi
kemampuan perusahaan untuk mentransfer beberapa produk kurang dari full
costnya. Contoh, departemen pemasaran ingin memperkenalkan produk baru dalam
pasar pada harga yang lebih rendah dari ahrga normalnya, bahkan mungkin tidak
cukup tinggi untuk menutupi full costnya.
b. Kepentingan Minoritas
Sewaktu-waktu
kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas manajemen puncak dalam
mendistribusikan laba antara anak-anak perusahaan dapat sangat dibatasi karena
pihak minoritas mempunyai hak hukum untuk memperoleh pembagian laba yang adil
di perusahaan. Dalam kasus ini, anak perusahaan harus sebisa mungkin melakukan
transaksi secara wajar.
2.9.
NILAI TUKAR MATA UANG
Arus
kas perusahaan multinasional dinominasikan dalam beberapa mata uang dimana
nilai setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan
perbedaan waktu. Variasi ini memperumit masalah pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya. Lebih
spesifik lagi, perusahaan multinasional memiliki eksposur akibat translasi,
transaksi, dan ekonomi perubahan nilai tukar.
1. Nilai Tukar
Nilai
tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata uang
yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang
negara induk perusahaan yang diperlakukan untuk membeli satu unit mata uang
asing (penawaran langsung) atau
sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang
induk perusahaan (penawaran tidak
langsung).
Nilai
tukar yang biasanya ditawarkan disebut nilai tukar nominal. Nilai tukar spot
adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu. Nilai tukar
riil adalah nilai tukar spot setelah penyesuaian perbedaan inflasi antara dua negara yang
dihitung. Ada juga nilai tukar forward yaitu, nilai tukar hari ini yang dapat
digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu transaksi yang terjadi di suatu
waktu di masa depan.
2.
Berbagai Jenis Eksposur Nilai Tukar
1. Eksposur Translasi atau nilai tukar adalah eksposur
dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan multinasional terhadap perubahan
yang terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal ini dikarenakan adanya fakta
bahwa perusahaan multinasional harus mengonsolidasikan pembukuan mereka dalam
satu mata uang (biasanya mata uang negara induk perusahaan), meskipun arus kas
mereka didenominasi dalam banyak mata uang.
2. Eksposur Transaksi adalah eksposur nilai tukar yang
dimiliki oleh perusahaan untuk transaksi-transaksi antarnegaranya ketika
transaksi semacam itu dicatat hari ini tetapi penyelesaian pembayarannya
dilaksanakan di kemudian hari. Contohnya, piutang, kewajiban dan utang atau
pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam mata uang asing.
3. Eksposur Ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus
kas perusahaan operasional atau eksposur kompetitif terhadap nilai tukar.
3. Pilihan Metrik dalam Evaluasi
Kinerja
Dalam
survei perusahaan-perusahaan multinasional, Choi dan Czechowich mengemukakan
bahwa hampir semua responden memiliki sistem evaluasi kinerja yang
membandingkan aktual terhadap anggarannya dalam menilai kinerja anak
perusahaan.
Mempersiapkan
anggaran
Awal
proyeksi akhir
menelusuri
anggaran
|
Awal
|
1
|
2
|
3
|
Proyeksi
|
4
|
5
|
6
|
|
Akhir
|
7
|
8
|
9
|
Terdapat 3 kemungkinan pemilihan
metrik dalam penetapan dan pelacakan anggaran : nilai tukar yang berlaku pada
saat anggaran ditentukan (nilai tukar awal), nilai tukar yang diproyeksikan
pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar proyeksi), atau nilai tukar yang
berlaku pada saat anggaran dilacak (nilai tukar akhir). Terdapat 9 kemungkinan
di atas.
Meskipun demikian, tidak semua 9 sel
tersebut layak digunakan hanya 5 sel yang diberi garis bawah yang layak. Yang
jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel di mana anggaran ditetapkan dan dilacak
dengan menggunakan metrik yang sama (awal ke awal, sel 1; proyeksi ke proyeksi,
sel 2; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula, bila bila kita menetapkan
anggaran dengan menggunakan nilai tukar “awal” dan melacaknya dengan
mengggunakan nilai tukar “akhir” (sel 3), dan menentukan dengan menggunakan
nilai tukar “proyeksi” dan melacak pada nilai tukar “akhir” )sel 6).
Bagaimanapun, tidaklah logis jika menetapkan anggaran pada nilai tukar “akhir”
dan melacak aktualnya dengan menggunakan nilai tukar awal atau nilai tukar
proyeksi (mengesampingkan sel 7 & 8). Begitu pula memproyeksikan nilai
tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian melacaknya dengan nilai tukar yang
berlaku awal (mengesampingkan sel 4).
4. Efek Translasi
Manajer
anak perusahaan tidak perlu ambil pusing terhadap keputusan – kepu-
tusan strategis dan
operasional (seperti penetapan harga dan sumbernya) untuk merespons perubahan
nilai tukar. Selain itu, perubahan nilai tikar seluruhnya berada di luar
kendali manajer anak perusahaan. Oleh karena itu, terlihat cukup adil jika para
manajer anak perusahaan dianggap tidak perlu mempertanggung- jawabkan dampak
dari translasi.
Ketika
perusahaan memberikan laporannya kepada para pemegang saham, mereka harus mengonsolidasikan
angka-angka akuntansi dari anak perusahaan di negara asing dengan angka-angka
akuntansi dari induk perusahaan. Laba dan rugi akibat translasi yang
ditimbulkan dari konversi neraca dan laporan laba rugi anak perusahaan di luar
nigeri ke dalam unit moneter dari induk perusahaan seharusnya tidak memengaruhi
evaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan.
5. Eksposur Ekonomi
Ketika
anak perusahaan memiliki transaksi antarnegara, mereka juga akan menjadi subjek
dari eksposur ekonomi. Sebuah sistem pengendalian yang secara efektif menangani
eksposur ekonomi, memiliki perbedaan cara yang fundamental dari yang telah kita
uraikan untuk eksposur translasi. Dalam eksposur ekonomi, hal ini merupakan
suatu hal yang tepat bagi sistem pengendalian untuk mengevaluasi manajer anak
perusahaan atas keputusan-keputusan yang seharusnya memungkinkan anak
perusahaan merespons perubahan yang terjadi pada nilai tukar riil. Kita akan
menjelaskan bagaimana ini dilakukan dengan mempertimbangkan dua tipe generik
dari anak perusahaan multinasional :
1. Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual
sebagian besar produknya di dalam negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian
besar barang mentahnya dari luar negeri ( baik itu dari anak perusahaan lain
atau dari anak perusahaan luar).
2. Eksportir murni adalah anak perusahaan yang menjual
kebanyakan produknya ke luar negeri ( baik kepada anak perusahaan lain maupun
kepada
anak perusahaan luar
lainnya), tetapi membeli sebagian besar bahan mentah-
nya
di dalam negara tersebut.
6. Efek Transaksi
Pendekatan
mendasar dalam menangani eksposur transaksi adalah dengan menggunakan stategi
lindung nilai mata uang asing yang tepat. Lindung nilai (hedging) adalah
transaksi-transaksi yang dapat menurunkan kemungkinan risiko yang berhubungan
dengan arus kas di masa depan. Dalam prosesnya, perusahaan yang membeli
instrumen lindung nilai mengalihkan risiko kepada entitas yang menjual entitas
tersebut, biasanya adalah bank komersial dalam kasus untuk pasar valuta. Dan jasa
itu sudah pasti membutuhkan biaya.
Lindung
nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan sebagai contoh,
kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan
tersebut telah melakukan transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu
dipergunakan sebagai cara untuk mengatasi efek dari eksposur transaksi.
7. Kinerja Anak Perusahaan
Sejauh
ini, kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara
kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja manajernya, dan pedoman-pedoman
yang dibicarakan atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai
tukar terhadap kinerja manajer anak perusahaan. Hal ini penting untuk disadari
bahwa kinerja ekonomi anak perusahaan itu sendiri harus merefleksikan
akibat-akibat negatif atau positif atas eksposur translasi, eksposur transaksi,
dan eksposur ekonomi.
8. Pertimbangan Manajemen
Dalam
mendesain sistem evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional, perusahaan
dapat menggunakan pedoman-pedoman berikut ini :
1. Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap
bertanggung jawab terhadap efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan
ini adalah membandingkan anggaran terhadap hasil aktual dengan menggunakan
metrik yang sama dan mengisolasi efek yang berhubungan dengan inflasi melalui
analisis varian. Tidak ada gunanya bagi manajer untuk khawatir tentang metrik
yang tepat. Perusahaan multinasional hendaknya memilih metrik yang di anggap
lebih mudah untuk digunakan.
2. Efek transaksi paling baik ditangani melalui
koordinasi terpusat dari kebutuhan lindung nilai perusahaan multinasional
secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar akan jauh lebih murah dan
sederhana, dan dapat mencegah anak
perusahaan menjadi peramal dan spekulan nilai tukar.
3. Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap efek ketergantungan dari nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur
ekonomi.
4. Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari
pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi operasi di sebuah negara atau
merelokasi operasi dari sebuah negara seharusnya merefleksikan
konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, eksposur transaksi, dan
eksposur ekonomi.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pengendalian manajemen pada
organisasi jasa berbeda bila dibandingkan dengan organisasi manufaktur. Hal ini
disebabkan ketiadaan persediaan penyangga pada organisasi jasa, kesulitan
mengukur kualitas, dan pada umumnya perusahaan jasa cenderung merupakan padat
karya. System pengendalian manajemen pada organisasi jasa umumnya sama dengan
system pengendalian manajemen pada organisasi dagang.
Organisasi jasa keuangan berbeda
dalam dua hal dibandingkan perusahaan lainnya. Pertama, bahan bakunya adalah
uang. Kedua, tingkat laba dari banyak transaksi tidak bisa diukur hingga
bertahun-tahun setelah komitmen yang dilakukan. Yang utama, perusahaan akan
mendapat laba jika pendapatan masa depan diperoleh dari pinjaman saat ini,
investasi, dan premin asuransi yang melebihi biaya dana yang berkaitan dengan
pendapatan ini. Masalah pengendalian manajemen lebih kompleks dalam investasi
perbankan, perdagangan sekuritas, dan beberapa organisasi lainnya karena fakta
bahwa laba ataupun rugi bisa dihasilkan dari satu transaksi tunggal.
Dari sudut pandang pengendaliaan manajemen, terdapat
tiga topik yang unik bagi perusahaan multinasional yaitu : perbedaan perbedaan
budaya, harga transfer, dan nilai tukar. Sebagai tambahan dari kesesuaian
tujuan, dibutuhkan pertimbangan pertimbangan penting lainnya untuk memperoleh
harga transfer pada perusahaan multinasional yaitu : perpajakan, peraturan
pemerintah, tarif, pengendalian nilai tukar luar negri, akumulasi dana dan
joint venture. Sebuah evaluasi dtas
kinerja ekonomi anak perusahaan sebaiknya menggabungkan konsekuensi negatif
atau positif dari eksposur translasi, transaksi dan ekonomi. Akan tetapi,
selagi mengevaluasi kinerja manajer yang berwenang dari anak perusahaan, efek
dari eksposur translasi dan transaksi harus di hilangkan meskipun demikian
manajer anak perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan efek – efek
ketergantungan dari nilai tukar yang diakibatkan eksposur ekonomi.
2.
Saran
Dalam sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang apapun
dan dalam cakupan manapun hendaknya organisasi tersebut menjalankan
organisasinya secara terorganisir, sebab setiap organisasi pasti mempunyai
tujuan, tidak hanya untuk memperoleh keuntungan juga diharapkan organisasi
tersebut dapat bertahan lama dimasa yang akan datang. Agar supaya dalam mencapai tujuan yang
diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini sistem pengendalian manajemen sangat
dibutuhkan karena sistem pengendalian manajemen ini mampu menuntun dan
memberikan arah yang jelas pada sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut.
DAFTAR PUSAKA
Sistem
Pengendalian Manajemen (Management Control Systems, 11th)/Robert
N. Anthony, Vijay
Govindarajan : Jakarta, Salemba
Empat, 2005
.
L.
Daft Richard, Manajemen. Edisi enam, Salemba empat, Jakarta, 2006.
Drucker
Peter F. Pengantar Manajemen. Jaya Pirusa, Jakarta, 1982
Gibson,
Donnelly, Ivancevich, manajemen edisi kesembilan, Airlangga, Jakarta, 1997.
Griffin,
Manajemen. Airlangga, Jakarta, 2004.
Amirullah,
Rindyah Hanafi, Pengantar Manajemen. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002.
https://www.scribd.com/doc/76980378/ORGANISASI-JASA
Casinos in the UK - How to find good games - GrizzGo
BalasHapusSo, 출장샵 what do goyangfc.com we mean by “casinos in the UK”? to find a gri-go.com casino herzamanindir.com/ and live casino games on a mobile phone device in kadangpintar 2021.